Welcome

Get Gifs at CodemySpace.com

Kamis, 27 Oktober 2011

Noken, Tas Asli Papua

Noken Sebagai Warisan Budaya
Akhir Maret 2011, Jero Wacik, Menteri Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, menandatangani tiga berkas nominasi Warisan Budaya. Berkas tersebut akan diserahkan ke UNESCO agar mendapat pengesahan dari badan PBB sebagai Warisan Budaya kita. Ketiga budaya Indonesia yang akan didaftarkan adalah:
  • Tas tradisional Noken asal dari Papua. Noken didaftarkan sebagai Urgent Safeguarding of Intangible Cultural Heritage (Warisan Budaya Bukan Benda yang Membutuhkan Perlindungan Mendesak).
  • Tari Tradisonal Bali. Sembilan jenis tarian dari sembilan kabupaten di Bali didaftarkan sebagai Representative List of Intangible Cultural Heritage (Daftar Representatif Warisan Budaya Bukan Benda).
  • Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Taman seluas 145 hektar ini didaftarkan untuk dinominasikan dalam kategori Best Practices of Intangible Cultural Heritage (Warisan Budaya Bukan Benda Guna pelindungan, Pengembangan, dan Pendidikan).

Noken berbentuk seperti tas. Noken merupakan warisan suku-suku yang termasuk ras Melanesia yang ada di Papua.
Setiap suku di Papua memberi nama sendiri untuk tas multifungsi ke dalam bahasa daerah masing-masing. Tetapi Noken cukup unik karena nama tersebut digunakan di seluruh daratan Papua. Warga yang berdiam di Papua, baik yang berambut lurus maupun berambut keriting, sudah mengerti benda yang disebut Noken.

Noken adalah sejenis tas tradisional yang terbuat dari kulit kayu lokal yang banyak tumbuh di Papua. Kulit kayu ditumbuk, kemudian dilakukan proses pengawetan yaitu dengan merendam ke dalam air agar serat kayu bertambah kuat. Lalu, kulit kayu dipilin menjadi benang seperti tali kecil (string). Selanjutnya, tali kecil tersebut dianyam menjadi Noken. Saat menganyam dibentuk suatu “cincin” lalu diikat menjadi simpul mati.
Di daerah Paniai, Noken diberi hiasan agar semakin menarik. Hiasan ini terbuat dari kulit pohon anggrek baik yang berwarna kuning emas atau pun yang berwarna hitam.
Noken terbuat dari bahan alami yang ramah lingkungan. Tak hanya terbuat dari kulit kayu, Noken juga dibuat dari benang katun, bahkan dari benang wol.
Tas Serba Guna
Noken sebagian besar dimanfaatkan masyarakat di pedesaan atau pegunungan Papua untuk membawa hasil kebun, kayu api, atau ternak yang dipanen dari kebun untuk dijual di pasar atau sebaliknya. Pelajar dan mahasiswa juga banyak yang menggunakan Noken, berukuran kecil, untuk membawa buku dan alat tulis.
Kaum bapak memanfaatkan Noken untuk membawa buah pinang, sirih, maupun tembakau ketika hendak bersosialisasi dengan teman dan kerabatnya. Sedangkan kaum ibu memfungsikan Noken sebagai gendongan bayi atau baby carrier. Seorang ibu kadang membawa dua buah Noken bahkan lebih. Saat menggendong bayi, beban tidak berada di pundak. Ujung tas Noken ditempatkan di atas kepala yang dekat bagian dahi.

Pekerjaan menggendong bayi tidak hanya dilakukan di dalam rumah. Seorang ibu kerap terlihat bekerja di kebun, menanam ubi-ubian atau kentang, sambil “memanggul” anaknya di kepala. Para ibu, akrab disapa mama, memang terbiasa melakukan multitugas rumah tangga. Bak peribahasa, sekali dayung, dua-tiga pulau terlampaui.
Kebiasaan membawa beban di kepala bukanlah hal baru. Sejak masa kanak-kanak, mereka terbiasa membawa beban dengan berjalan kaki naik-turun perbukitan. Tak heran jika otot-otot di sekitar leher mereka terlihat cukup kekar dan kuat.
Ada suku tertentu yang menganggap Noken sakral dan dianggap sebagai lambang kesuburan. Bahkan, ada yang menambahkan Noken sebagai mas kawin. Warga suku Moor yang mendiami Pulau Moor, kurang lebih 1,5 jam perjalanan dengan perahu motor dari Nabire, beranggapan perempuan yang belum bisa menganyam atau membuat Noken dianggap belum dewasa untuk berumah tangga.
Berbeda Nama
Summer Institute of Language (SIL), lembaga asing yang resmi beroperasi di Papua, menemukan sebanyak 264 suku asli Papua, baik besar atau kecil, menggunakan bahasa asli mereka. Tentu saja, suku-suku tersebut memiliki bahasa daerah tersendiri salam menyebut Noken. (Dengan tanpa mengurangi rasa hormat kepada suku-suku lainnya, nama Noken yang digunakan dalam penulisan artikel ini masih jauh dari kesempurnaan.) Berikut sebagian kecil perbendaharaan kata tentang persamaan nama Noken yang ditemukan di Papua.
  • Suku Biak: Inokson
  • Suku Paniai: Agiya
  • Suku Dani, Yali, dan Lani di Lembah Baliem: Yum atau Su(h)
  • Suku Sentani: Holomboi
  • Suku Moor di Pulau Moor Paniai: Aramuto
  • Suku Marind di Merauke: Mahya

                             Noken warna-warni yang dijual saat Festival Danau Sentani 2011



                                     Noken dijual bebas di pasar Wamena

Noken di Papua New Guinea
Papua New Guinea terletak di sebelah timur Propinsi Papua. Suku-suku yang berada di Papua maupun penduduk asli Papua Nugini memiliki kesamaan ras, Melanesia, yang memiliki rambut keriting dan kulit gelap. Keduanya juga memiliki tas tradisional. Warga Papua Nugini menyebut Noken dengan nama Bilum. Yang membedakan hanya negara tempat tinggal mereka.


                             Bilum, Noken-nya orang Papua Nugini dan bayi di dalamnya


Terima kasih, Anda sudah membaca.

Sumber:
http://regional.kompas.com/read/2011/03/28/15502353/Tari.Bali.Noken.dan.TMII.ke.Unesco
dan sumber lainnya

Suku - Suku di Wamena

Suku - Suku di Wamena
 

Ada tiga suku besar yang mendiami Wamena. Suku Dani di Lembah Baliem. Serta Suku Lani dan Suku Yali di sekelilingnya. Masing-masing memiliki karakteristik yang khas baik secara fisik, perilaku, dan tata cara berpakaian. Slide foto ini menjelaskan secara visual bagaimana bentuk dan rupa tiga suku utama ini.